Monday, February 26, 2018

PLN dan salon kecantikan

Kemaren saya ke salon, potong rambut. Setelah lama sekali tidak nyalon.

Pemilik salon, suami istri, masih muda. Sang suami yang ahli gunting rambut, laki-laki maupun perempuan. Istri mengatasi hal - hal lain, mulai dari cream-bath, spa, cat rambut, dan sebagainya. Mereka juga dibantu lima - enam orang perempuan muda yang juga bergerak lincah dan ramah. 

Peralatan mereka standar juga. Sebagai orang yang tidak ahli tentang salon menyalon, saya tidak bisa bilang apakah peralatan mereka canggih atau tidak. Tapi yang jelas sebagian besar (mungkin hanya minus gunting dan sisir) elektronik. Menggunakan listrik.

Waktu saya datang, ada dua laki - laki duduk bersama sang suami. Nampaknya mereka debitur yang lagi memeriksa perkembangan usaha, aset, dan sebagainya. Salon bagus ini pasti masih kredit.

Yang menjengkelkan, selama saya berproses (kira-kira 2,5 jam), listrik PLN tewas. Salon ini punya generator, tapi dayanya mungkin kecil sehingga tidak stabil kalau mereka harus menggunakan beberapa peralatan listrik sekaligus. Termasuk AC. Jadi kayak lampu disko di dalam kalau hair drier dipake.

Wajah suami istri itu nampak kuatir. Mungkin mereka kuatir alat-alat listrik yang masih kredit rusak akibat daya listrik yang tidak stabil. Berulang kali, sambil menggunting rambut saya, sang suami bergumam: "sudah 3 jam ini listrik mati..". 

Kalau hanya tidak bisa mencari sisir dalam gelap ketika lampu mati, we can live with that. Kalo PR anak tidak selesai dikerjakan karena gelap, we may still live with that. Kalau kulkas atau alat rumah tangga elektronik lain rusak, we will curse you, but still can live with that. Tapi, kalau suami istri pekerja keras dan profesional ini harus terbelit hutang, tak mampu lunasi, usahanya bangkrut, can you live with that, PLN? Shame on you.