Sunday, November 26, 2017

Mengenang Yus Nakmofa - kawan dan saudara terbaik

(perbaikan dari sambutan di pemakaman kawan dan saudara Yus Nakmofa)

Sekitar 20 November 1998, saya pertama kali bertemu Yus (maaf, belum bisa menyebut Yus sebagai almarhum..). Yus datang ke kantor organisasi kami yang masih muda, baru berusia 7 bulan. Hanya kami berdua menjalankan organisasi itu, saya dan Yane. Yus datang menawarkan diri membantu kami. Mengapa Yus datang pada kami, saya masih tidak tahu. Dia langsung diterima, karena memang memiliki pengalaman yang kami butuhkan. Yus jelas lebih berpengalaman bekerja bersama masyarakat dibandingkan saya dan Yane saat itu. Maka Yus mulai membantu kami mulai hari itu juga.

Waktu berlalu. Organisasi berganti nama. Dari Posko Informasi Rawan Pangan (PIRP) menjadi Forum Kesiapan dan Penanganan Bencana (FKPB), kemudian Perkumpulan Masyarakat Penanganan Bencana (PMPB) sampai sekarang. Orang - orangnya pun berganti-ganti, masuk keluar. Ada yang jadi wartawan, akademisi, politisi, dan sebagainya. 

Tapi Yus tetap tinggal. Sampai 19 tahun kemudian. Sampai menghembuskan napas terakhir. Dia bertahan, setia, konsisten.

Konsistensi Yus berbuah manis. PMPB menjadi organisasi yang berkembang sekaligus fokus pada isu yang menjadi kekuatannya. Fokus, sekaligus mampu mengimbangi perkembangan konteks dan tetap relevan dengan kebutuhan jaman.

Yus juga berjasa menyebarkan pengetahuan PRB secara luas. Di kalangan masyarakat desa. LSM. Pemerintah kabupaten dan provinsi. Lembaga agama. Kalau bisa dihitung, beribu bahkan puluhan ribu sudah terpapar pengetahuan PRB karena Yus. Konsisten, selama 19 tahun terakhir.


Konsistensi Yus membuat kita belajar.

Dari Yus kita belajar bahwa membesarkan organisasi tidak perlu dengan bersitegang urat saraf. Tidak perlu penuh suara tinggi, drama. Membuat organisasi dibutuhkan, penting, relevan, tidak harus penuh drama. Bisa dicapai dengan canda riang. Dengan santai dan penuh gelak tawa.

Dari Yus kita belajar bekerja dengan totalitas dalam hal yang kita yakini dan sesuai dengan kemampuan kita, sekaligus tidak menganggap remeh pilihan kerja yang berbeda. Yus memilih untuk bekerja keras dengan akar rumput dan pemerintah daerah. Membantu mereka dan menjadi rekan seperjuangan mereka. Yus meraih banyak sukses dan menjadi sangat berguna. Tapi Yus tidak memandang strategi lain, menulis di koran, membuat kajian, advokasi kebijakan tingkat tinggi atau urusan makro lainnya sebagai kurang penting atau kurang berpengaruh. Yus tetap kagum pada mereka dan ingin belajar dari mereka.

Dari Yus kita belajar bahwa menjadi orang yang diandalkan banyak pihak, mulai dari komunitas akar rumput, LSM lokal dan internasional, pemerintah daerah, bahkan di tingkat nasional, tidak harus menjadikannya orang yang tepuk dada dan gila hormat. Tidak membuat dia "jual mahal" dan "bikin diri inti" kalo orang Kupang bilang. Yus tetap rendah hati, bersahaja dan sederhana. Senyum dan tawa tidak pernah jauh dari wajahnya.

Yus memang pabrik tawa kami.

Saya ingat satu kali, sekitar 16 - 17 tahun yang lalu. Kami harus ke Toineke, desa di Amanuban Selatan. Karena saya tahu ini akan jadi perjalanan panjang, apalagi jalan masih banyak yang rusak, dan membosankan, maka saya bernyanyi sepanjang jalan di boncengan motor tua Yus. Padahal suara saya sudah dikenal fals. Sampai di Camplong, kami berhenti sejenak untuk istirahat, kasi lurus tulang belakang. Yus turun dari motor dan bilang: kaka, ini hari beta rasa beruntung sekali. Saya heran, tidak percaya kalau Yus rasa beruntung dengar saya menyanyi. Jadi saya tanya: kenapa Yus, lu rasa beruntung? Maka Yus jawab dengan sangat menjengkelkan: iya, beruntung beta ini hari pake helem masker, jadi sonde perlu dengar kaka pung suara.

Saat ini Yus sudah mendapatkan keberuntungannya yang abadi, berada bersama Penciptanya. Yus tidak perlu lagi mendengar suara - suara fals kita, atau olok-olokan kita. Dia sudah bahagia, terus bernyanyi bersama nyanyian merdu malaikat.

Tinggal kita. Kawan - kawan PMPB dan para pejuang PRB. Yus meninggalkan warisan yang berharga bagi kita. Dia sudah berbuat banyak. Tapi belum cukup, belum tuntas. Perjalanan kita masih panjang, kita masih relevan dan dibutuhkan.

Kak Ida, Vini dan adik-adik. Kami sudah menjadi bagian dari keluarga Kak Ida dan Yus sejak awal. Kami ingin tetap begitu. Kami ingin tetap menjadi bagian dari perjalanan hidup Kak Ida, Vini dan adik - adik, walau Yus telah pergi. Kami juga ingin menjadi bagian dari masa depan Vini dan adik - adik di saat - saat bahagia mereka, ketika mereka menikmati pelangi yang dijanjikan Tuhan dibalik peristiwa duka ini.

Karena kami percaya bahwa rancangan Tuhan adalah yang terbaik bagi kita semua, tanpa kecuali.

Terima kasih.