Wednesday, April 4, 2012

Membantu orang miskin ala 'mereka'

Beberapa hari lalu saya membaca berita di koran – koran. Ada deklarasi ikatan keluarga atau persatuan keluarga atau apalah namanya, yang basisnya suku. Cukup kreatif, karena launchingnya berupa pemecahan rekor MURI. Terlepas dari benar atau tidaknya klaim angka 'pengikut'-nya, tidak terlalu penting bagi saya. Ya, tidak terlalu penting karena semua juga klaim. Siapakah 'semua' yang klaim itu? Yah, semua orang juga tahu acara – acara seperti itu di bulan – bulan seperti ini, pasti ada muatan kampanyenya. Mungkin rekor MURI belum masuk dalam list 'cara kampanye' sehingga membuat saya menilai caranya cukup kreatif. Tapi bahwa ada muatan kampanye menjelang pemilihan walikota, tidak ada yang baru lah.

Juga sama sekali tidak baru adalah basis primodialis yang digunakan. Biasa... sangat biasa. Banyak dari pemilih kritis yang prihatin dan mengkritik pendekatan vote getter seperti itu. Tapi ini masih realita kita, bahkan secara nasional. Mungkin politik massa mengambang berlangsung terlalu lama, dan mungkin juga elit senang mempertahankan ini, karena vote getting menjadi jauh lebih mudah dengan memanfaatkan sentimen-sentimen SARA begini.

Yang menarik buat saya dalam berita itu adalah kepedulian si 'keluarga besar' ini terhadap orang miskin. Diwakili oleh salah satu ibu pejabat nasional yang tersohor, mereka memberikan beasiswa kepada anak – anak miskin, sambil bla bla bla tentang kebaikan hati mereka dalam memperhatikan nasib orang – orang yang tidak mampu. Ada 3 orang anak yang mewakili menerima beasiswa (dengan asumsi, 3 anak itu mewakili orang miskin, tentu saja). Anak pertama sedang kuliah di Undana. Anak kedua sedang bersekolah di SMP Mercusuar dan anak ketiga sedang sekolah di Sekolah Abdi Kasih Bangsa (SAKB). Saya cukup yakin, entah warga Kupang lainnya, bahwa tidak ada orang miskin yang menyekolahkan anak di Mercusuar atau SAKB. Minimal orang tua dua anak yang terakhir itu bukan yang hidup dengan penghasilan dibawah USD 2 per hari, atau dibawah upah minimum. Jadi, entah ada yang error dengan kriteria kemiskinan yang dipakai oleh si 'keluarga besar' ini, atau memang niatnya bukan bantu orang miskin.

Seorang teman menanggapi dengan jelas: “cek saja, pasti mereka anak para pengurus!”

Jadi, para pemilih, hendaklah kalian tahu bahwa kami menyediakan beasiswa sebagai bentuk kepedulian pada orang miskin. Tapi beasiswanya kami berikan untuk diri sendiri! [duit duit gue! masalah buat loe??]

No comments:

Post a Comment