Thursday, January 5, 2012

Solidaritas Warga Biasa

Jam 9 malam, HP Frits berbunyi. Dari Adik. Tanya apakah Frits pung darah golongan O. Iya, betul. Midas pung anak, umur 10 bulan, kena DB. Sekarang butuh transfusi darah, golongan O. Wah, Frits su mete 2 hari, mungkin sonde bisa. Tapi Frits coba telepon Yan, yang mengorganisir orang - orang yang siap mendonor darahnya, lengkap dengan data golongan darah. Yan siap cari orang - orang.

Ketong cabut juga ke PMI. Siapa tau, Frits agak superman, biar abis mete ju bisa donor. Dari sana beta telpon Joni di kantor. Dia golongan O, dalam sekejap dia su tiba di PMI, siap mendonor. Frits sonde bisa, tekanan darahnya rendah.. seperti di duga.

Tapi kondisi malam itu betul - betul kasi kenyataan manis. Banyak sekali orang. Si A yang secara mandiri hubungi lai dia pung kawan yang golongan O, trus dari kawan lain hubungi kawan lagi, dan seterusnya. Mungkin kalo ada maniak riset malam itu bisa bikin riset social network -- yang sangat efektif, karena dalam kurang dari 30 menit su ada lebih dari 20 orang berkumpul. Siap donorkan darahnya.

Ada anak - anak muda potongan mahasiswa yang nampaknya langsung cabut dari tempat dong menikmati malam, pake motor tanpa helm. Ada anak muda potongan menakutkan dengan lebih dari 5 tindikan anting di telinga, hidung, bibir. Ada suami istri diatas 40 tahun yang terus bercanda menghidupkan suasana. Sonde semuanya saling kenal, tapi terikat dengan tujuan: berbuat baik dan menyelamatkan seorang bayi 10 bulan. Yang pasti, diantara yang hadir pun ada yang sonde kenal siapa bayi itu dan orangtuanya.

Akhirnya, hanya 4 kantong darah yang dibutuhkan dan su terpenuhi. Yang lain, kasi dong pung nomor HP, kalau - kalau besok akan dibutuhkan lagi. Siap dipanggil jam berapapun. Tanpa wartawan, tanpa bayaran.

Beta pikir tentang solidaritas model ini. Solidaritas antar warga biasa. Memang kalo di negara yang tingkat salah urusnya su demikian kompleks dan sistemik, dan su mau jadi negara gagal, solidaritas antar warga biasa ini yang harusnya jadi fokus perjuangan. Kegagahberanian memperbaiki negara, baik sistem, kebijakan, praktik, harusnya hanya suplemental. Karena sonde bisa lagi ada tawaran komprehensif dari urusan perbaiki sistem di ini negara, paling tambal sulam sa. Mesti ada model baru, dan beta yakin, basisnya adalah solidaritas antar warga, yang masih ada dan sonde pikir pencitraan dan sonde koruptif.

Beta hakul yakin bahwa solidaritas model ini sonde akan terbilas oleh modernisasi ataupun politik - politik pilkada. Walaupun nanti ketong akan dengar cerita tentang kaka adik bakalai karena beda pilihan cawalkot, tapi sonde akan -- atau sangat sedikit kasusnya -- bisa melibas ini solidaritas. Cuma kan sayang sa, kalo ketong bakalai karena pertarungan kepentingan kekuasaan di tingkat elit. Padahal, mungkin sa, pada suatu malam, itu orang yang ketong bakalai ame tu yang datang dan menyumbang darah waktu ketong pung anak butuh. Sayang kan...

No comments:

Post a Comment